Berbagai riset justru membuktikan perempuan lebih berisiko terjangkit osteoporosis.
Penelitian mengenai kepadatan tulang yang dilakukan oleh Fonterra di
Asia berkaitan dengan pemeriksaan kepadatan tulang menyatakan, “Lebih
dari 40 persen orang bisa berisiko terkena osteoporosis pada usia 35
tahun. Perempuan di Indonesia sendiri memiliki tingkat risiko tertinggi
di Asia, yaitu berkisar antara usia 25 sampai 65 tahun,” urai Vienno Monintja
, Category Marketing Director Fonterra Brands Indonesia
pada acara Anlene Boneversation Class. Fakta ini juga diperkuat hasil
analisis data Puslitbang Gizi, Departemen Kesehatan RI di 2006
menunjukkan 2 dari 5 wanita Indonesia berpotensi osteoporosis.
Mengapa hal ini bisa terjadi pada perempuan Indonesia di usia
produktif? Selain disebabkan oleh kurangnya kualitas asupan vitamin dan
kalsium yang ideal, kurangnya olahraga, dan masalah hormon esterogen
pada wanita, jarangnya perempuan muda menjaga kesehatan tulang
disinyalir ikut memperkuat risiko ini. Padahal menurut dr Siti Annisa Nuhonni, SpRM.
, risiko ini dimulai saat puncak kepadatan massa tulang tercapai pada
usia 25 sampai 35 tahun, “Seringkali yang menjadi masalah adalah
kurangnya niat dan kesungguhan.” Ditambah lagi secara genetik ras Asia
tubuh atau proporsi tulangnya kecil.
Perbaiki Nutrisi
Osteoporosis yang termasuk silent disease
ini memerlukan perhatian khusus. Selain tak bisa disembuhkan,
ostoeporosis hanya bisa dikontrol untuk memperlambat kehilangan massa
tulang dan meningkatkan kepadatan tulang untuk mencegah keretakan tulang
dan mengurangi rasa sakit.
Pencegahannya sebenarnya mudah, yaitu memperbaiki pola makan dengan
nutrisi yang seimbang dari unsur protein, kalsium, dan vitamin D.
Misalnya sayuran hijau, susu, dan salmon. Anda juga harus rutin
melakukan aktivitas yang sehat seperti jalan kaki atau berlari, terpapar
sinar matahari yang singkat sebelum pukul 9 pagi dan sesudah pukul 3
sore. Hindari pula gaya hidup tak sehat seperti merokok, mengonsumsi
garam berlebih, kopi, alkohol, dan minuman bersoda juga sebaiknya
dikurangi demi menjaga kepadatan tulang.
Biaya Mahal
Selain merugikan kesehatan, ostoeporosis juga menggerogoti secara
finansial. Hasil penelitian Health Technology Assessment (HTA) tahun
2005 mengungkapkan 227.850 kasus osteoporosis di Indonesia pada tahun
2000 menghabiskan biaya pengobatan sebanyak US$ 2,7 milyar. Osteoporosis
pun menghambat produktivitas seseorang dan bisa menimbulkan kelelahan
fisik karena terapi dalam jangka waktu lama.
sumber : tabloidnova.com